Sunarto Atmo Taryono : Memberdayakan Petani Desa Ender

0 comments

Sunarto Atmo Taryono (Kanan)
Keprihatinan terhadap nasib petani yang selalu tak berdaya oleh cengkeraman tengkulak dan permainan harga pedagang membawa Sunarto Atmo Taryono, pegusaha sukses di Jakarta, kembali ke kampung, tepatnya ke Desa Ender, Pangenan, Cirebon, Jawa Barat.
Di Desa Ender, dia mendirikan Koperasi Nusantara Jaya dengan modal awal dari hasil tabungan selama bekerja di Jakarta. Dibantu enam karyawan, ia memulai kerja kerasnya dengan mengajak para petani di daerah sekitar untuk bergabung dan membangun koperasi.
Awalnya sulit karena petani umumnya telah lama bekerja sasma dengan tengkulak. Meski tercekik tengkulak, petani enggan berubah.
Sunarto menyadari bahwa citra koperasi tak selalu baik karena dituding hanya menguntungkan pengurusnya. Ia membuat konsep koperasi simpan pinjam dipadukan dengan bengkel tani yang menyediakan jasa konsultasi dan penyuluhan teknis produksi. Ia melengkapi koperasi dengan menyediakan sarana produksi pertanian, seperti pupuk, obat-obatan,dan peralatan.
Sunarto merekrut para ahli lulusan perguruan tinggi sebagai tenaga penyuluh. Para petani yang selama ini tak pernah mendapatkan penyuluhan teknis produksi dari pemerintah seolah melepas dahaga. Petani tak hanya mendapat informasi tentang apa yang yang diperlukan untuk mengobati penyakit tanaman, tetapi juga pendampingan, mulai dari menggarap lahan, menanam bibit, hingga panen.
Petani diajari cara berproduksi secara modern dengan sistem usaha tani berbiaya rendah, efektif, efisien, dan menguntungkan. Semua jasa konsultasi dan pendampingan gratis. Sunarto tidak mau membebani petani. 
Sistem produksi yang diperkenalkan bengkel tani Nusantara Jaya itu langsung membuahkan hasil. Tanaman padi, bawang, dan jenis lainnya yang ditanam petani jarang terkena penyakit. Tingkat produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan panen sebelumnya.
Para tenaga penyuluh Sunarto selalu berkonsultasi dengan peneliti pertanian di perguruan tinggi. Mereka selalu update hasil riset pertanian terkini.
Keberhasilan petani binaan Koperasi Nusantara Jaya pun menjadi pembicaraan di kalangan petani, bukan hanya di daerah sekitar, melainkan juga di daerah lain.
Dalam waktu singkat, para petani plasmabinaan Nusantara Jaya bertambah banyak. Hingga kini bergabung 900 petani dengan total luas lahan garapan sekitar 500 hektar. Para petani itu tersebar di sentra pertanian di Cirebon, Majalengka, Kuningan, dan Brebes.

Edited by Tundzirawati

Sumber: http://sutarko.blogspot.com/2010/07/sunarto-memberdayakan-petani.html

Ummu Salamah : Pendidikan Taman Kanak-Kanak

0 comments

Lahir di Garut, 4 April 1948. Selain pernah sebagai dosen juga pernah menjadi ketua Lembaga Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat Garut. Ummu percaya bahwa seberkas hasrat dan keberhasilah pada seorang anak dapat menyalakan proses pertumbuhan bagi seluruh keluarga. Di kalangan masyarakat pedesaan yang miskin di Garut, Jawa Barat, ia membantu para orang tua membangun harapan baru bagi masa depan anak mereka. 

Dalam jangka waktu yang cukup lama, memfokuskan perhatian sosialnya pada program penyaluran modal pendidikan dan modal kerja tambahan bagi kelompok keluarga pedagang kecil, buruh, tukang becak, dan buruh tani. Berawal dari membuat taman bermain bagi pra-sekolah dan kelompok belajar bagi anak-anak berusia yang lebih tinggi yang memerlukan bantuan akademik serta kegiatan ekstrakurikuler, Ummu lalu mengembangkan pengaruh kreatif anak-anak tersebut agar bisa memotivasi keluarga masing-masing untuk meningkatkan hidup keluarga.

Ide “memberikan bantuan kepada orang tua melalui pintu anak” yang cukup sederhana itu dinilai orisisil oleh Unicef yang memberinya penghargaan, terlebih lagi karena ide tersebut berhasil memicu peningkatan kualitas hidup keluarga kurang mampu di sekitarnya. Ummu telah melatih stafnya untuk melaksanakan program tersebut di daerah lain di Indonesia.

Edited by Lina Lisnawati

Suti Rahayu: Sejahtera Bersama Singkong

0 comments

Berawal dari keprihatinan dengan potensi singkong di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Suti Rahayu (58) menjadi rujukan ratusan ibu rumah tangga, peneliti, hingga petani dalam dan luar negeri. Mimpinya membawa singkong menopang hidup masyarakat Indonesia. 
Potensi singkong di Gunung Kidul terbilang besar, mencapai 850.000 ton per tahun dengan harga jual Rp. 1.000; per kilogram. Pada saat itu (sebelum tahun 2003) singkong lebih banyak diolah menjadi gaplek atau sekadar menjadi makanan ternak.
Suti Rahayu (kanan)
Menurut Suti Rahayu, singkong tidak hanya dapat menambah penghasilan ekonomi, singkong bisa ikut berperan memperkuat ketahanan pangan masyarakat Indonesia. Ia menemukan fakta banyak ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya yang menganggur. Akibatnya tidak sedikit di antara mereka hidup dalam keterbatasan karena hanya bergantung pada penghasilan suami. Mayoritas warga Sumberjo bekerja sebagai petani dengan pendapatan kurang dari Rp 1 juta per bulan.
Suti pun kemudian berpikir untuk menggabungkan keduanya untuk hasil yang lebih baik. Dia tidak berhenti hanya pada wacana, Suti segera mencari jalan untuk memberdayakan masyarakat di sekitarnya.
Awalnya tidak mudah memperkenalkan makanan olahan singkong kepada ibu-ibu. Sebagian besar beralasan, mereka tidak bisa membagi waktu dengan kesibukan di rumah. Suti tidak menyerah. Lewat arisan dan simpan-pinjam ia selalu menawarkan emping melinjo yang ia buat dan pasarkan sebelumnya. Perlahan 
Perlahan mereka melihat keuntungan dari penjualan emping melinjo yang dijual Rp 10.000 per kilogram, kemudian 21 orang menyatakan ingin belajar. Nama Putri 21 diambil dari jumlah keanggotaan kami saat itu. Pengembangan pertama adalah emping melinjo dan keripik pisang.
Salah satu pelajaran berharganya adalah pengolahan mocaf (modified cassava flavour). Mocaf adalah tepung singkong yang sudah menjalni proses fermentasi. Modifikasi itu ampuh mendongkrak nilai ekonomi singkong. Ia mencontohkan, harga jual singkong kini hanya Rp 1.000 per kg. Bila singkong diolah menjadi tepung mocaf, harganya mencapai Rp 6.000 per kg. Nilai ekonominya bahkan lebih tinggi bila tepung mocaf diolah menjadi kue kering. Satu kilogram mocaf cukup untuk membuat 2 kilogram kue kering yang dijual Rp 30.000 per kg.
Sejalan dengan mimpinya, usaha pembuatan tepung mocaf dan makanan olahannya perlahan memberikan keuntungan bagi ratusan petani singkong Gunung Kidul. Saat ini, sebanyak 22 kelompok tani singkong dan umbi-umbian di Gunung Kidul menjadi mitra kerjanya. Dalam sebulan, ia membutuhkan 8 ton singkong untuk bahan baku usahanya. Kiprah Putri 21 juga memicu munculnya pabrik pengolahan mocaf di lima kecamatan di Gunung Kidul.
Lewat berbagai percobaan, ia hanya mengambil kulit arinya. Selanjutnya, lewat proses fermentasi dan pengolahan bersama tepung mocaf, kulit singkong tersebut dijadikan keripik. Bukan hanya mocaf dan kulit singkong, Putri 21 juga mengembangkan sekitar 30 jenis makanan olahan berbahan umbi-umbian, kacang-kacangan, hingga bonggol pisang.

Edited by Tundzirawati

Sumber: http://sutarko.blogspot.com/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=50

Tatiek Kancaniati : Memberdayakan Tegalwaru menjadi Kampung Wisata

0 comments

Tatiek Kancaniati
Ibu Tatiek melihat Desa Tegalwaru, Ciampea, Kabupaten Bogor ini memiliki potensi sebagai Kampung Wisata sejak lama. Banyaknya wirausaha yang dilakukan penduduk-penduduk di Desa Tegalwaru adalah salah satunya. Ibu Tatiek sendiri sudah memiliki usaha Nata de Coco, jadi dibentuklah Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.
Ibu Tatiek berkisah, ujian ketika awal mengelola Kampung Wisata ini cukup berat. Dia mengaku sempat berhadapan dengan oknum aparat yang memeras Yayasan Kuntum yang mengelola kampung tersebut
Banyak sekali tantangannya dalam mengelola Kampung Wisata ini, tapi dibalik kesulitan itu selalu ada kemudahan. Sampai saat ini Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru telag dikunjungi sekitar 15.000 orang, omzet total yang didapat pelaku UKM di Tegalwaru mencapai Rp 2,2 miliar per bulan.

Edited by Lina Lisnawati

Gambar:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/tatiek-persembahkan-kampung-wisata-bisnis-bagi-ukm
http://swa.co.id/entrepreneur/tatiek-kancaniati-perintis-kampoeng-wisata-bisnis-tegalwaru