Nur Rohman dan Rumah Makan Surga Dunia

0 comments

Dijuluki sebagai agent of change, mahasiswa seharusnya tidak asing lagi dengan kata kewirausahaan sosial,agen perubahan yang diberi sebagai julukan bagi mahasiswa juga membawa visi dari kewirausahaan sosial, yaitu membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi masyarakat. Kini, banyak mahasiswa Indonesia khususnya yang menjadi pioneer bagi perkembangan kewirausahaan sosial Indonesia. 
Sebagai contoh, salah satu lulusan Universitas Padjadjaran, Nur Rohman, seorang founder rumah makan Surga Dunia yang memberikan fasilitas makan apapun bayar sesukanya. Dikutip dari Kompasiana, Nur Rohman berinisiatif untuk membuka sebuah rumah makan. Inisiatif ini bermula dari latar belakang keluarganya yang dari kalangan kurang mampu. Sering mengalami kesulitan di dalam mengatur uang kirimannya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Nasib serupa ini pun dialami pula oleh teman-teman mahasiswa lain yang senasib dengannya.
Karena itulah, ia ingin membantu teman-temannya tersebut dengan membuka rumah makan yang lain daripada yang lain. Jika kita makan di rumah makan pada umumnya, setiap selesai bersantap tentu si kasir akan menghitung sudah habis berapa kita makan di situ. Makannya pakai lauk apa, minumnya minum apa, dan seterusnya … dan seterusnya. Jadi besarnya kisaran rupiah yang kita habiskan tergantung dari jenis makanan apa yang kita santap. Hal inilah yang menyebabkan setiap pengunjung menghabiskan rupiah dengan nominal yang berbeda-beda juga
Kisah Nur Rohman tadi adalah salah satu contoh dari mahasiswa yang sukses ber-wirausaha sosial, banyak kisah sukes lainnya dari wirausaha sosial yang terinspirasi dari mahasiswa Indonesia.

By : Puti Halimah

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2014/05/09/rumah-makan-surga-dunia-makan-semaunya-dengan-harga-sesukanya-654638.html
Gambar : newsmedia.co.id

Mengapa Indonesia Perlu Kewirausahaan Sosial?

1 comments

Indonesia adalah Negara berkembang yang memiliki segudang potensi, prestasi, dan kekayaan berupa Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Namun disisi lain, Indonesia juga tak bisa lepas dari berbagai permasalahan internal yang dihadapinya. Permasalahan yang dihadapi Indonesia di hari ini tak lain adalah tumpukan dari permasalahan di hari-hari kemarin yang tidak terselesaikan dengan baik sehingga keparahan masalah tersebut semakin berkembang. Hari ini Indonesia dihadapkan dengan masalah-masalah pelik seperti berikut: kemiskinan, bertambahnya angka pengangguran, mahalnya harga pangan/kebutuhan pokok, biaya pendidikan, kesehatan dll. Disamping itu, faktor lain yang menyebabkan rumitnya permasalahan tadi yaitu hal yang berkaitan dengan pola pikir dan perilaku masyarakat seperti: ketergantungan pada bantuan pemerintah, kesulitan merespon perubahan-perubahan positif, kurangnya motivasi diri,  dsb. Untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut tentunya diperlukan tangan dari orang-orang yang berfikir kreatif, inovatif, berdaya juang tinggi, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang ada. Karakteristik inilah yang dimiliki oleh para wirausahawan di Indonesia. Dalam perkembangan perekonomian bangsa, kewirausahaan memiliki peranan yang sentral. Begitu halnya dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat karena kegiatan wirausaha pada hakikatnya hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, peran kewirausahaan sangat besar dalam perluasan dan penyediaan lapangan pekerjaan di Indonesia. Oleh karena hal tersebut pemerintah sangat membutuhkan dukungan dan bantuan atas keberadaan kewirausahan dalam menyelesaikan permasalahan sosial di negeri ini. 
Kewirausahaan sosial lahir sebagai sebuah strategi untuk menanggulangi berbagai masalah sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan didalamnya.  Bagi seorang wirausaha sosial, permasalahan sosial yang ada pada masyarakat merupakan misi yang menanti untuk dicapai oleh usaha yang sedang dijalankan. Skema dibawah merupakan gambaran bagaimana kewirausahaan sosial memiliki peranan penting dalam membantu mewujudkan kesejahteraan sosial Indonesia.

By : Resti Fauziah

Kasmiati : pengembangan sosial-ekonomi kelompok perempuan

0 comments

Kasmiati lahir di Tolot-tolot Kawo, Lombok, 20 April 1958. Ketika menyelesaikan sarjana muda pendidikan di Fakultas Pendidikan IKIP Mataram tahun 1981, Kasmiati langsung aktif di dunia LSM. 
Bergabung sebagai Fellow Ashoka tahun 1991 dengan program utama: “Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat di Pulau Lombok Melalui Koperasi Serba Usaha Annisa”. Latar sosial dari gagasan dan implementasi program Kasmiati adalah situasi tingkat keterampilan yang rendah sementara angka buta huruf tinggi, meningkatnya jumlah anak-anak terlantar karena tingginya angka perceraian, pendapatan ekonomi rendah dengan akses modal yang sulit sementara rentenir amat berkembang. Dengan latar demikian, Koperasi Annisa memiliki tujuan jangka pendek seperti: peningkatan pendapatan perempuan pedagang kecil (tahun 1991 ditargetkan dari Rp 750,- menjadi Rp 1.500,-), meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam mengembangkan usaha, meningkatkan rasa persaudaraan perempuan melalui berkelompok, serta pengurangan tingkat perempuan buta huruf. 
Kasmiati tidak hanya memperkuat institusi koperasi secara intern saja, tetapi juga perluasan jaringan. Dari menjadi salah satu pendiri dan kordinator Pusat Koperasi perempuan (Puskowan) NTB, Koperasi Annisa kemudian menjadi anggota Induk Koperasi perempuan (nasional), hingga menjadi salah satu pelaksana program kerja sama dengan Asian Womans Empowerment Project (AWP) Jepang yang dirintis sejak NGO Forum on Woman di Huairo, Cina, 1995.
Pendekatan sekaligus metode yang digunakan Kasmiati dalam implementasi programnya adalah metode “pendidikan fungsional/buta huruf” yang kemudian dikomplementerkan dengan metode penyadaran gender. Metode-metode ini diwujudkan melalui program kesehatan dan keluarga berencana serta program peningkatan pendapatan.

Edited by Lina Lisnawati

Jatnika Nanggamiharja : Membudidaya dan mengelola produk dari bambu

0 comments

Rumah Bambu: Pemberdayaan Masyarakat
Yayasan Bambu Indonesia. Jatnika dikenal sebagai pengusah rumah bambu. Jatnika juga telah melatih tenaga ahli pembuatan rumah bambu. Mereka dibekali kemampuan olahraga bela diri pencak silat Cimande.
Rumah bambu Jatnika sudah kualitas ekspor. Karyanya kerap dibangun di luar negeri; Malaysia, Brunei, Arab Saudi, Jepang, Korea dan Timur Tengah. Di dalam negeri, pembangunan rumah bambu terus menjadi tren.
Bambu memang unik dan manfaatnya banyak. Keunikan karakter bambu, jenis bambu, dan ukuran bambu mampu memberikan banyak inspirasi dan inovasi untuk berkreasi dalam pembuatan rumah bambu. Inspirasi dan inovasi yang ramah lingkungan.
Jatnika Nanggamiharja
Berkat bambu ini, Jatnika Nanggamiharja menerima penghargaan sebagai pembuat rumah bambu tradisional terbanyak dari Ikatan Arsitek Indonesia pada tahun 2009. “Dengan bambu, saya berharap dapat memberikan kesejahteraan kepada orang banyak,” tutur Jatnika sembari menerangkan di Yayasan Bambu Indonesia ini, Ia juga memberikan pelatihan pembuatan rumah bambu serta pembudidayaan bambu.
Ada tiga obsesi yang ingin dicapainya; 
  1. Ingin membangun Kampung Bambu Terpadu.
  2. Ingin membangun kawasan Wisata Bambu dan Budaya.
  3. Ingin membangun kawasan industri kerajinan bambu.
Tujuannya,”Agar bambu tidak punah dan tidak disia-siakan masyarakat. Bambu adalah identitas bangsa ini,” tegasnya.
Sukses bagi Jatnika adalah “Bagaimana menjadikan sesuatu yang tak berharga, menjadi barang yang berharga dan bermanfaat bagi banyak orang…,” Sekian. Salam. (rizaldo, karpetmerah 060112)

Edited by Lina Lisnawati

Sumber : https://bamboeindonesia.wordpress.com/pelaku-bisnis-bambu/jatnika-nanggamiharja/
Gambar : indonesiaproud.wordpress.comtekno.kompas.com

Sekilas Tentang Kewirausahaan Sosial

1 comments

Kewirausahaan sosial adalah kewirausahaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat bukan sekadar memaksimalkan keuntungan pribadi. Kewirausahaan sosial biasa disebut 'pengembangan masyarakat' atau “organisasi bertujuan sosial' (Tan, 2005:1). 
Menurut J. Gregory Dees, Professor of Sosial Entrepreneurship at Duke University yang mengatakan bahwa wirausaha sosial adalah pelaku reformasi atau revolusi sektor sosial (pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi, lingkungan, seni dan sebagainya). Menurut Bill Drayton, CEO and Chair of Ashoka, wirausaha sosial adalah individu yang memiliki solusi inovatif untuk mengatasi masalah sosial dengan cara mengubah sistem, memberikan solusi dan memengaruhi masyarakat untuk melakukan perubahan. Menurut Muhamad Yunus, Founder of Grameen Bank, wairausaha sosial adalah inisiatif (ekonomi atau non ekonomi, bertujuan profit atau non profit) inovatif untuk membantu masyarakat. 

Bentuk Wirausaha Sosial
Ada beberapa bentuk wirausaha sosial menurut Tan (2005):
  1. Organisasi berbasis komunitas; Organisasi semacam ini biasanya dibuat untuk mengatasi masalah tertentu dalam komunitas (kelompok masyarakat), misalnya menyediakan fasilitas pendidikan untuk anak-anak miskin, panti sosial untuk anak terlantar dsb.
  2. Socially responsible enterprises; Wirausaha sosial ini berbentuk perusahaan yang melakukan usaha komersial untuk mendukung/membiayai usaha sosialnya. Sebagian keuntungan yang didapatkan dari organisasi profit ditujukan untuk mendukung/membiayai usaha sosialnya.
  3. Socio-economic atau dualistic enterprises; Wirausaha sosial ini berbentuk perusahaan komersial yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip sosial. Misalnya perusahaan yang melakukan daur ulang sampah rumah tangga, organisasi yang mempekerjakan orang cacat, kredit mikro untuk masyarakat pedesaaan. 

Sifat Wirausaha Sosial (Dees, 2001)
  1. Agen perubahan sosial. Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai sosial (bukan nilai hanya pribadi); Mengenali dan mengejar peluang baru untuk mewujudkan misi tersebut; Melakukan proses inovasi yang berkelanjutan, adaptasi, dan belajar; Bertindak berani tanpa dibatasi oleh sumber daya yang dimiliki; dan Meningkatkan akuntabilitas pada konstituen yang dilayani dan hasil kerja
  2. Kreatif dan inovatif. Kreativitas merujuk kepada pembentukan ide-ide baru, sementara inovasi adalah upaya untuk menghasilkan mengatasi masalah dengan menggunakan ide-ide baru tersebut. Dengan demikian, kreativitas merupakan titik permulaan dari setiap inovasi. Inovasi adalah kerja keras yang mengikuti pembentukan ide dan biasanya melibatkan usaha banyak orang dengan keahlian yang bervariasi tetapi saling melengkapi.
  3. Disiplin dan Bekerja keras. Seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan pada rintangan yang mustahil diatasi. Menjalankan organisasi sosial bukan hal yang mudah. Ada banyak hambatan akan dihadapi seperti mengidentifikasi akar masalah sosial,mendapatkan modal, pendanaan, mengelola program, membangkitkanpartisipasi masyarakat, mengkomunikasikan ide/gagasan pada pihak lain dsb. Seluruh masalah itu hanya dapat diatasi dengan mental disiplin dan bekerja keras.
  4. Altruis. Sikap moral yang memegang prinsip bahwa setiap individu memiliki kewajiban membantu, melayani dan menolong orang lain yang membutuhkan. Tujuan tindakannya adalah kesejahteraan masyarakat secara umum. Wirausaha sosial harus memiliki sifat altruis ini karena seluruh tindakannya didorong oleh keinginan mengatasi masalah sosial. Tentu saja karena bekerja, ia mendapatkan imbalan material namun imbalan ini bukan menjadi pendorong utama.

By : Tundzirawati

Sumber:
  • Appanah, S. Dev., dan Estin, Brooke. (2009). ‘Social Entreprenuership Definition Matrix’. www.changefusion.com
  • Boschee,Jerr., dan McClurg, Jim. (2003).‘Toward a Better Understanding of Social Entreprenuership’. http://www.se-lliance.org/better_understanding.pdf
  • Tan, Wee-Ling., Williams, John., dan Tan, Teck-Meng. (2005). ‘Defining the ‘Sosial’ in ‘Sosial Entrepreneurship’: Altruism and Entrepreneurship’. International Entrepreneurship and Management Journal 1, pp 353-365